Khutbah Idul Adha 1437 H
Ikutilah Sholat Idul Adha 1437 H pada tanggal 10 Dzulhijjah 1437 H (12 September 2016) di Lapangan Asrama Kampus 2 Poltekkes Malang (Prodi Keperawatan Lawang) dengan Imam dan Khotib : Arief Bachtiar, S.Kep., Ns, M.Kep, Mulai 05.30 s/d Selesai. Berikut Isi Khutbah dengan Tema "Kisah Teladan Nabi Ibrahim AS" yang akan disampaikan pada khutbah Idul adha 1437 H,
KHUTBAH PERTAMA :
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ
اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ
كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ
اْلفِطْرِبَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ
وَاَشْهَدٌ اَنَّسَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلىَسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ
اَذْهَبَعَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ اَمَّا
بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang
penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru
saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita
kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid
sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan
bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati,
menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha
Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri
saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan
jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat
keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.
Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah.
Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat.
Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam
genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana
kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka
semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian
ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan
nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat
dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri
kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ
شَرِيْكَ لَكَ لَبَّxيْكَ
Disamping Idul Adha
dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari
raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat,
sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan,
dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa
Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi
Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama
Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu
lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu
demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri
tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan
istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling
asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina.
Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu
dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti yang
diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga
tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil
lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba
Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi
Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya
gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia
dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi
Ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah
tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota
mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat
kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang
aman dan makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّاجْعَلْ هَـَذَا
بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِمَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai
negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS
Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah,
Dari ayat tersebut,
kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini
memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia,
memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan
tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan
hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu
menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran
tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak beragama
Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً
ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Artinya: Allah
berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian
aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.”
(QS. Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah,
Idul Adha yang kita
peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban
binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa
Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi
berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah
kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel
Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa
Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan
kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku
Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT
mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim.
Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya
kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul
Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba,
300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim
mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh
seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan
Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku
serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku,
niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam
tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah
yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa
Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala
itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini,
supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh
sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102
:
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِيالْمَنَامِ
أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِافْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim
berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah.
Iblis datang menggoda sang ayah, sang
ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi
Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan
niatnya. Bahkan Siti Hajar pun mengatakan, : ”jika memang benar perintah
Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar
iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblis pun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian
menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah; jumrotul ula,
wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di Mina.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang
Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat,
supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan
mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan
merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya
menimbulkan kenangan yang menyedihkan.
Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan singkat,
sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk
kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya
dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang
kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat
anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah
akan bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan
menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah
batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan
menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi
pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah
SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang
hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk
memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah
ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan
terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan putra
kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan
pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila
ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim mencoba
memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai
pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher”
kata ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan
potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi
perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”
Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk
mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru
dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan
pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan
tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan
seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat
As-Shaffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan
kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami
abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang
kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah
kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi
penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu,
Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga
dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu
ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim
menyambutnya “Laailaha illahu Allahu
Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar
Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah
Inilah sejarah
pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini.
Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak
kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab
Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita,
memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu
banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum
menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih
keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu
melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita
kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat
Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul
Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah
taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah
memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk
dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil
dari peristiwa tersebut adalah:
Pertama, Hendaknya kita sebagai
orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan
pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih
berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan.
Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na. Karena
sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali kepada
kita sendiri.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar ketiga, adalah kegigihan
syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan
Allah SWT. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran
dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon, karena
sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa
bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan ternak, kita buang
kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah harus dikendalikan,
jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah,
Tepatlah apabila
perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri
kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan
Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah yang
membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti
besar. Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat
umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak
ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter,
sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti
Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap,
berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita
semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya
mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan
dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu
tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa
lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan
sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan
Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela
berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِالرَّجِيْمِ.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَالْكَوْثَرَ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ
اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُاْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA :
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهبُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَ اللهُ اَكْبَرْاللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَتَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُوَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَامُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّصَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِوَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ
اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَىاِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِوَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَوَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِوَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِاللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَوَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ
مَنْنَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ
دَمِّرْاَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَوَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْبَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِاْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِىالدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَالَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَيَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَوَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْلَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْوَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Leave a Comment