Renungan Menjelang Pergantian Tahun 2016 Ke 2017 M


Alloh SWT berfirman dalam salah satu ayat-Nya, 

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

"Dewi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasihat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya mentaati kesabaran". (QS 103:1-3). 

Yang dimaksud dengan al 'Ashr di atas adalah waktu atau umur. Waktu menunjukkan masa. Waktu terus berjalan. Ada masa lalu, sekarang dan akan datang. Tidak ada seorangpun mengetahui kapan waktu bermula. Demikian pula kapan waktu berakhir. 

Orang mengenal waktu dari pergantiannya. Pergantian tahun, bulan, minggu, hari dan seterusnya. Orang menyebut pergantian tahun dengan tahun baru, menyebut pergantian bulan dengan bulan baru. Namun jarang orang menyebut minggu baru. Demikian pula dengan hari baru tidak pernah kita dengar. 

Di antara pergantian waktu, pergantian tahun adalah waktu yang disambut dengan suka cita oleh sebagian besar manusia saat ini. Padahal setelah terjadinya pergantian tahun kita akan bertemu juga dengan hal-hal seperti biasanya. Kita akan bertemu dengan pekerjaan kita, bertemu dengan orang-orang yang sama, bertemu dengan hal-hal yang kita suka, juga hal-hal duka. Namun banyak orang berharap bahwa dengan pergantian tahun maka berganti pula kondisi kehidupan kita. Berubah dari kondisi  yang kurang baik kepada kondisi yang lebih baik.

Mengapa setiap orang berharap agar berubah ke arah yang lebih baik? jawabnya adalah karena ia suatu keuntungan. Sebaliknya, orang tentu tidak mengharap kerugian dengan perubahan ke arah yang lebih buruk dari kondisi sebelumnya. Dalam QS. 103:1-3 di atas, syarat agar kita tidak merugi jika dikaitkan dengan waktu adalah ada 4 syarat yaitu kita harus beriman, beramal sholih, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Kenapa harus beriman? karena ia adalah sebuah tiket. Tidak semua orang bisa mendapat tiket. Oleh karena itu, beruntung sekali orang yang bisa mendapat tiket, karena ia bisa mendapat fasilitas yang tertuang dalam tiketnya. 

Kemudian kenapa harus beramal sholih, karena ia adalah sebuah ladang yang menghasilkan bekal. Tanpa bekal meski mendapat tiket, perjalanan akan terasa menyiksa. Demikianlah orang yang beriman, namun melalaikan  untuk bercocok tanam. Pada akhirnya mereka tidak bisa memanen ladangnya.

Nah, mereka yang bekerja menanam di ladang agar berhasil memanen bukanlah pekerjaan yang ringan. Terkadang timbul rasa malas untuk merawat tanamannya, timbul rasa lelah dan kecapaian, terpesona dengan ladang tetangganya sehingga melalaikan ladangnya sendiri. Di sinilah dibutuhkan penguatan-penguatan, dibutuhkan arahan-arahan, nasihat dan motivasi.

Semua hal di atas, berkaitan dengan waktu. Jika kita terlambat beli tiket maka kita akan ketinggalan. Jika kita tidak menanam dan bekerja di ladang maka kita akan kekurangan bekal. Dan jika kita tidak mau memberi penguatan atau dikuatkan maka kita akan salah jalan dan putus asa. Oleh karena itu jangan sampai ketinggalan. Waktu sangat cepat berlalu, seperti pedang, kalau kita tidak memanfaatkannya maka kita akan tertebas. Hingga ada ujaran, "jika hari ini sama dengan hari kemarin itu adalah kerugian". Mengapa demikian? Sebab bertambahnya waktu tidak diikuti dengan bertambahnya kebaikan. Apalagi kalau hari ini ternyata lebih buruk dari kemarin, maka ia adalah kecelakaan bagi manusia. (abi/asa)

Singosari, 31 Desember 2016, Pkl. 23.59
Abi. Powered by Blogger.