"Hikmah" Sholat di Awal Waktu dalam Bekerja
Ketika ada sebuah hadist yang berbunyi "ash sholatu ala waqtiha" para ulama menafsirkan sholatlah di awal waktu. Al qur'an dan hadist tidak menyebut secara eksplisit "sholat diawal waktu". Karena sholat memang memiliki waktu yang telah ditentukan. Namun hal ini tidak menjadi pembenar atau alasan untuk menunda-nunda dari melaksanakan sholat. Dalam QS. An Nisa : 103 Alloh berfirman, "Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Bagi orang yang beriman, sholat diawal waktu adalah hal yang sangat penting karena mereka yakin akan adanya hadist “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Swt adalah Shalat pada waktunya.” (HR Bukhari & Muslim). Pernah ada seorang sahabat yang ketinggalan sholat ashar berjama'ah di masjid hingga masuk waktu maghrib disebabkan bekerja di ladang. Sahabat tersebut sangat menyesal kemudian mensedekahkan ladang yang menyebabkan ia ketinggalan sholat berjama'ah untuk kepentingan umat walaupun ia paham bahwa dengan mensedekahkan ladang tersebut, ia tetap tidak dapat mengganti pahala dari sholat yang ketinggalan. Mungkin timbul sebuah pertanyaan, mengapa harus mensedekahkan ladang sementara pahala sholat berjama'ah tidak ia dapatkan. Ternyata alasan yang melatar belakangi amal sedekah sahabat tadi adalah tidak ingin ketinggalan amalan (sholat berjama'ah) yang memberikan pahala baginya. Maka ia menebus ketertinggalan sholat dengan sedekah ladang, berharap pahala sedekah mampu menyamai pahala sholat.
Alasan kedua sahabat tadi adalah bahwa ia menghukum dirinya atas kelengahan saat bekerja di ladang. Sebenarnya lupa adalah manusiawi, namun semangat beramal menyebabkan ia mensedekahkan hal yang membuatnya lalai dari kewajiban dia kepada Tuhannya. Kata "menghukum" diri sendiri menarik untuk dicermati. Bahwa bisa jadi ketertinggalannya untuk sholat tepat waktu tidak berdampak pada kehidupannya secara kasat mata. Namun firman Alloh SWT mengingatkan dengan keras mereka yang sering terlambat bahkan ketinggalan waktu sholat "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (QS. Al-Maa’uun: 4-5). Dan setiap peringatan yang keras, pasti ada dampaknya. Minimal siksa bagi pelakunya di hari kiamat kelak.
Dari kisah di atas, kita bisa mengambil beberapa pelajaran untuk meningkatkan mutu kinerja. Ibaratkan sholat, bekerja (mencari nafkah) adalah salah satu amal sholih. Oleh karena itu, jangan sampai amal tersebut dicederai dengan perbuatan yang tidak baik.
Pelajaran pertama, datanglah di awal waktu.
Kita bekerja, katakanlah mulai pukul 07.30 sampai 16.00. Istirahat pukul. 12.00-13.00. Bekerja seminggu 5 hari. Sebulan 4 minggu. Dengan bekerja seperti itu kita mendapat gaji bulanan. Saat seorang karyawan datang lebih awal, maka ia akan tercitrakan positif, seperti pekerja yang rajin, disiplin dst. Sebaliknya karyawan yang sering terlambat akan tercitrakan buruk. Demikian pula karyawan yang sering meninggalkan kantor tanpa izin yang jelas dengan yang tetap berada di kantor waktu jam kerja. Tidak meninggalkan kantor kecuali dengan izin atasan, akan memberikan citra yang berbeda.
Kedua contoh di atas, sama-sama dapat menginspirasi orang lain. Tergantung kadar kematangan seseorang dalam bersikap. Seseorang akan datang di awal waktu dalam bekerja dan tidak meninggalkan tempat kerja kecuali dengan izin dan alasan yang jelas bila memahami bahwa bekerja adalah amal sholih yang mendatangkan pahala. Sebaliknya orang sering datang terlambat atau sering meninggalkan tempat kerja bisa jadi karena mereka tidak memahami hal di atas. Di tempat kerja yang menerapkan peraturan dengan tegas juga berpengaruh terhadap kematangan sikap seseorang. Namun ketaatan tanpa didasari oleh pemahaman yang benar, seperti orang naik motor pakai helm kalau ada polisi. Maka jadikan setiap aktivitas kerja kita sebagai kewajiban yang memang harus dilaksanakan.
Pelajaran kedua, bila kita melanggar aturan sengaja maupun tidak, maka lakukanlah hal-hal positif yang sekiranya mampu mengganti kesalahan kita.
Misal datang terlambat, maka tebuslah keterlambatan dengan menambah jam kerja sejumlah waktu yang ditinggalkan. Mungkin sebagian akan berkomentar, begitu saja kok harus mengganti. Toh kalau tidak mengganti juga tidak akan terjadi sesuatu pada kita. Kita akan baik-baik saja.
Kita tidak tahu, saat kita dihadapkan pada kenakalan anak kita, kita tidak tahu saat kita dihadapkan pada tetangga atau orang-orang yang ada di sekeliling kita. Bahkan kita tidak tahu, tiba-tiba saja ban kendaraan kita bocor, mengapa kita ditabrak oleh kendaraan lain atau mengapa kita ditimpa kesialan bertubi-tubi. Maka bisa jadi penyebab semua itu karena kita telah meremehkan hal-hal di atas. Kita telah mengurangi kewajiban dari yang seharusnya kita lakukan.
Pelajaran ketiga, datang diawal waktu ibarat pemenang dalam pertandingan.
Ibaratkan bertanding, orang yang lebih awal datang adalah pemenang pertandingan. Diikuti oleh peserta dibelakangnya. Dalam sholat berjamaah orang yang datang awal akan mendapat pahala yang paling besar. Orang yang berada di barisan depan akan mendapat pahala yang lebih banyak di bandingkan barisan di belakang. Artinya orang yang datang lebih awal memiliki kinerja lebih baik dibandingkan orang yang menyusul dibelakangnya.
Pelajaran keempat, senantiasa mengingat bahwa segala sesuatu kebaikan atau keburukan ada balasannya.
Oleh karena itu tidak ada sikap dan perbuatan saat kita bekerja kecuali disertai dengan niat baik. Jangan pernah mengizinkan niat buruk menyelinap dihati kita karena niat buruk mendorong seseorang kepada kejahatan. Sebaliknya niat baik mendorong seseorang kepada keberuntungan.
Saat melihat kelemahan seseorang, maka dekati ia, nasihati dia tanpa kita merasa lebih baik dari dia. Karena menasehati adalah hak sesama. Jangan melakukannya di tempat umum karena itu sama dengan menghinakan sesama dihadapan orang banyak.
Bagi orang yang beriman, sholat diawal waktu adalah hal yang sangat penting karena mereka yakin akan adanya hadist “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Swt adalah Shalat pada waktunya.” (HR Bukhari & Muslim). Pernah ada seorang sahabat yang ketinggalan sholat ashar berjama'ah di masjid hingga masuk waktu maghrib disebabkan bekerja di ladang. Sahabat tersebut sangat menyesal kemudian mensedekahkan ladang yang menyebabkan ia ketinggalan sholat berjama'ah untuk kepentingan umat walaupun ia paham bahwa dengan mensedekahkan ladang tersebut, ia tetap tidak dapat mengganti pahala dari sholat yang ketinggalan. Mungkin timbul sebuah pertanyaan, mengapa harus mensedekahkan ladang sementara pahala sholat berjama'ah tidak ia dapatkan. Ternyata alasan yang melatar belakangi amal sedekah sahabat tadi adalah tidak ingin ketinggalan amalan (sholat berjama'ah) yang memberikan pahala baginya. Maka ia menebus ketertinggalan sholat dengan sedekah ladang, berharap pahala sedekah mampu menyamai pahala sholat.
Alasan kedua sahabat tadi adalah bahwa ia menghukum dirinya atas kelengahan saat bekerja di ladang. Sebenarnya lupa adalah manusiawi, namun semangat beramal menyebabkan ia mensedekahkan hal yang membuatnya lalai dari kewajiban dia kepada Tuhannya. Kata "menghukum" diri sendiri menarik untuk dicermati. Bahwa bisa jadi ketertinggalannya untuk sholat tepat waktu tidak berdampak pada kehidupannya secara kasat mata. Namun firman Alloh SWT mengingatkan dengan keras mereka yang sering terlambat bahkan ketinggalan waktu sholat "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (QS. Al-Maa’uun: 4-5). Dan setiap peringatan yang keras, pasti ada dampaknya. Minimal siksa bagi pelakunya di hari kiamat kelak.
Dari kisah di atas, kita bisa mengambil beberapa pelajaran untuk meningkatkan mutu kinerja. Ibaratkan sholat, bekerja (mencari nafkah) adalah salah satu amal sholih. Oleh karena itu, jangan sampai amal tersebut dicederai dengan perbuatan yang tidak baik.
Pelajaran pertama, datanglah di awal waktu.
Kita bekerja, katakanlah mulai pukul 07.30 sampai 16.00. Istirahat pukul. 12.00-13.00. Bekerja seminggu 5 hari. Sebulan 4 minggu. Dengan bekerja seperti itu kita mendapat gaji bulanan. Saat seorang karyawan datang lebih awal, maka ia akan tercitrakan positif, seperti pekerja yang rajin, disiplin dst. Sebaliknya karyawan yang sering terlambat akan tercitrakan buruk. Demikian pula karyawan yang sering meninggalkan kantor tanpa izin yang jelas dengan yang tetap berada di kantor waktu jam kerja. Tidak meninggalkan kantor kecuali dengan izin atasan, akan memberikan citra yang berbeda.
Kedua contoh di atas, sama-sama dapat menginspirasi orang lain. Tergantung kadar kematangan seseorang dalam bersikap. Seseorang akan datang di awal waktu dalam bekerja dan tidak meninggalkan tempat kerja kecuali dengan izin dan alasan yang jelas bila memahami bahwa bekerja adalah amal sholih yang mendatangkan pahala. Sebaliknya orang sering datang terlambat atau sering meninggalkan tempat kerja bisa jadi karena mereka tidak memahami hal di atas. Di tempat kerja yang menerapkan peraturan dengan tegas juga berpengaruh terhadap kematangan sikap seseorang. Namun ketaatan tanpa didasari oleh pemahaman yang benar, seperti orang naik motor pakai helm kalau ada polisi. Maka jadikan setiap aktivitas kerja kita sebagai kewajiban yang memang harus dilaksanakan.
Pelajaran kedua, bila kita melanggar aturan sengaja maupun tidak, maka lakukanlah hal-hal positif yang sekiranya mampu mengganti kesalahan kita.
Misal datang terlambat, maka tebuslah keterlambatan dengan menambah jam kerja sejumlah waktu yang ditinggalkan. Mungkin sebagian akan berkomentar, begitu saja kok harus mengganti. Toh kalau tidak mengganti juga tidak akan terjadi sesuatu pada kita. Kita akan baik-baik saja.
Kita tidak tahu, saat kita dihadapkan pada kenakalan anak kita, kita tidak tahu saat kita dihadapkan pada tetangga atau orang-orang yang ada di sekeliling kita. Bahkan kita tidak tahu, tiba-tiba saja ban kendaraan kita bocor, mengapa kita ditabrak oleh kendaraan lain atau mengapa kita ditimpa kesialan bertubi-tubi. Maka bisa jadi penyebab semua itu karena kita telah meremehkan hal-hal di atas. Kita telah mengurangi kewajiban dari yang seharusnya kita lakukan.
Pelajaran ketiga, datang diawal waktu ibarat pemenang dalam pertandingan.
Ibaratkan bertanding, orang yang lebih awal datang adalah pemenang pertandingan. Diikuti oleh peserta dibelakangnya. Dalam sholat berjamaah orang yang datang awal akan mendapat pahala yang paling besar. Orang yang berada di barisan depan akan mendapat pahala yang lebih banyak di bandingkan barisan di belakang. Artinya orang yang datang lebih awal memiliki kinerja lebih baik dibandingkan orang yang menyusul dibelakangnya.
Pelajaran keempat, senantiasa mengingat bahwa segala sesuatu kebaikan atau keburukan ada balasannya.
Oleh karena itu tidak ada sikap dan perbuatan saat kita bekerja kecuali disertai dengan niat baik. Jangan pernah mengizinkan niat buruk menyelinap dihati kita karena niat buruk mendorong seseorang kepada kejahatan. Sebaliknya niat baik mendorong seseorang kepada keberuntungan.
Saat melihat kelemahan seseorang, maka dekati ia, nasihati dia tanpa kita merasa lebih baik dari dia. Karena menasehati adalah hak sesama. Jangan melakukannya di tempat umum karena itu sama dengan menghinakan sesama dihadapan orang banyak.
Leave a Comment