Workshop Item Development

Hari ini, beberapa dosen dari Prodi D-III/IV KL mengikuti workshop Item development yang diselenggarakan oleh Jurusan Keperawatan Polkesma. Selain Prodi KL, workshop juga diikuti oleh para dosen dari Prodi D-III/IV Kepma, dan Prodi D-III Kebli. Total jumlah peserta workshop sejumlah 55 orang dosen. Selian dari jurusan keperawatan, panitia juga mengundang 3 orang peserta dari luar antara lain dari PPNI kota Blitar, RSUD Mardi Waluyo dan RS Budi Rahayu Blitar. Workshop dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal 29-30 November 2016 bertempat di Hotel Tugu, jl. Merdeka No. 173 Kota Blitar.

Sri Winarni, SPd, M.Kes, Ketua Program Studi D-III Keperawatan Blitar, yang sekaligus sebagai ketua pelaksana melaporkan bahwa tujuan dari workshop adalah meningkatkan kemampuan dosen di dalam membuat soal-soal uji kompetensi perawat yang berkualitas. Dengan meningkatnya kemampuan dosen maka akan memberikan manfaat bagi mahasiswa keperawatan di lingkungan Polkesma. Dengan demikian visi dan misi menjadi institusi yang unggul dan berkarakter sebagaimana yang tertuang di dalam Renstra Polkesma dapat tercapai. Adapun pemateri berjumlah 2 orang yang berasal dari AIPVIKI Jawa Timur, yaitu Anas Tamsuri, S.Kep., Ns, M.Kes (Sekretaris) dan Abdul Ghofar, S. Kep., Ns, MPd (Diklat). Materi-materi workshop meliputi Urgensi Exit Exam, Item Development, dan Aministrasi Soal Exit Exam dengan Software Sipena.

dari kiri, Yitno (ketua AIPVIKI), Budi Susatia (Direktur Polkesma), Imam Subekti, Sri Winarni

Hadir pula dalam acara workshop ketua AIPVIKI Regional 6 Jawa Timur, Dr. Yiitno, SKp, MPd untuk memberikan sambutan. Setelah memperkenalkan diri, beliau menyampaikan rasa terima kasih dan suatu kehormatan bagi AIPVIKI bersama-sama dengan Polkesma menyelenggarakan pelatihan item development. Beliau berharap setelah menyusun soal hari ini esok soal sudah bisa di kt8.

Berbicara tentang pemetaan dosen keperawatan, di jatim ada 640 dosen namun tidak semua dosen sudah mengikuti item development. Hanya 247 dosen yang sudah mengikuti atau sebesar 38,6%. Jumlah ini masih sangat minim dari target yang direncanakan. Oleh karena itu, AIPVIKI Jawa Timur mendorong di masing-masing kepengurusan subregional untuk juga menyelenggarakan di tempatnya masing-masing. Yang sudah menyelenggarakan pertama kali adalah subregional LGBT (Lamongan, Gresik, Bojonegoro, Tuban), berikutnya subregional Surabaya. Menyusul Subregional Kediri tanggal 8-9 Desember dan selanjutnya Subregional Madiun.

Uji kompetensi membuat dilema bagi organisasi profesi dalam menegakkan profesinya, dilema pula saat berhadapan dengan mahasiwa. Hingga saat ini hasil uji kompetensi masih sangat rendah. Hasil uji kompetensi secara umum untuk jatim dari tahun 2014-2016 berturut-turut 68,23%, 82,26% dan 72,60%. Sementara untuk lulusan Polkesma memang di atas rata-rata jatim yaitu 90,73% tahun 2014 kemudian berturut-turut 97,90% dan 90,69% untuk tahun 2015, dan 2016. Oleh karena itu beliau berharap bagi dosen-dosen yang menyusun soal nanti mohon memikirkan tingkat kesulitan tidak seperti anak-anak didik di Polkesma. Karena bisa jadi soal yang dibuat nanti bisa menjadi soal ukom di tingkat nasional.
Suasana Workshop Item Development

Sementara itu sebelum membuka acara workshop direktur Polkesma, Budi Susatia, SKp, MKes, menyampaikan 3 pilar yang akan dibangun di Polkesma yaitu Hardware, Software dan Brain ware. Pembangunan hardware dilakukan dengan membangun atau meningkatkan sarana dan prasarana seperti gedung-gedung, peralatan yang dimiliki agar mendukung pencapaian visi misi Polkesma. Pembangunan sofware dilakukan dengan membuat sistem jaringan yang mampu mendukung kinerja Polkesma. Terlebih Polkesma memiliki 5 kampus yaitu di Malang, Jember, Lawang, Blitar dan Kediri. Sistem jaringan akan mempermudah layanan administrasi seperti laporan kinerja dosen (LKD), penyusunan PAK (penghitungan angka kredit) dan layanan lainnya. Pengembangan penyimpanan data akan di lakukan ke depan. Setiap dosen dan karyawan harus memiliki akun yang bisa digunakan untuk memberikan layanan maupun penyimpanan data. Budi Susatia mencontohkan Garuda Indoonesia yang menggunakan clouds untuk penyimpanan data. Perusahaan-perusahaan taxi yang besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan unit saat ini pendapatannya kalah dengan perusahaan yang mengandalkan sistem jaringan seperti Uber atau Gojek padahal mereka tidak memiliki kendaraan. Hal ini menunjukkan pentingnya sistem yang dibangun oleh satu organisasi. Bagusnya hardware namun tidak diikuti oleh peningkatan software maka tidak akan memberikan kemajuan yang berarti. Pilar ketiga adalah brainware, dilakukan dengan upgrading SDM baik meningkatkan pendidikan, pelatihan dan berbagai perencanaan peningkatan SDM. (abi/asa)
Abi. Powered by Blogger.