Mengeluh Sakit Tanpa Menunjukkan Keluh Kesah

 


Saat sakit atau menderita penyakit tertentu, bisa jadi seseorang merasa ketidaknyamanan yang luar pada dirinya. Meskipun respon terhadap sakit berbeda-beda tiap orang, ada sebagaian penderita yang hanya mengerang pelan. Ada juga yang berteriak-teriak keras atas rasa sakit yang dideritanya. Bahkan tidak jarang orang yang sakit merasa putus asa dan menyalahkan Tuhan yang maha Kuasa atas penyakit yang dideritanya. 

Bagaimana Islam mengajarkan pasien atau penderita saat sakitnya terasa memberat? Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri dan Abu Huraira: Nabi bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، ‏‏‏‏‏‏وَلَا وَصَبٍ، ‏‏‏‏‏‏وَلَا هَمٍّ، ‏‏‏‏‏‏وَلَا حُزْنٍ، ‏‏‏‏‏‏وَلَا أَذًى، ‏‏‏‏‏‏وَلَا غَمٍّ، ‏‏‏‏‏‏حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، ‏‏‏‏‏‏إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Artinya: "Tidaklah keletihan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, sakit hati, dan kesusahan yang menimpa seorang muslim, termasuk tertusuk duri, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosanya dengan itu” (Sahih Al Bukhari 1: Bab 76, Hadits No. 5641).

Karena sakit merupakan salah satu penebus dosa, lantas apakah tidak boleh seorang pasien mengungkapkan rasa sakitnya? Dr. Yusuf Qardhawi menyatakan dalam fatwa-fatwa kontemporer bahwa tidak mengapa bagi si sakit untuk mengeluhkan rasa  sakit  dan penderitaannya  kepada  dokter  atau  perawatnya, kerabat atau temannya, selama hal itu  dilakukan  tidak  untuk  menunjukkan kebencian  kepada  takdir, atau untuk menunjukkan keluh kesah dan kekesalannya. Prof Quraish Shihab seorang pakar tafsir menjelaskan bahwa saat Nabi mengunjungi Aisyah. Ketika itu, Aisyah mengeluh dan berkata: “Wa ra’sah,”. Yang artinya: “Aduhai sakit kepalaku,”. Kemudian Nabi pun menjawab: “Bal ana wallahi ya Aisyata wa ra’sah,”. Yang artinya: “Akulah, demi Allah wahai Aisyah (yang lebih wajar berkata): aduhai sakit kepalaku,”.

Hikmah Dibolehkannya Mengeluh Tanpa Menunjukkan Keluh Kesah

Sebuah temuan hasil penelitian menggungkap bahwa bersuara (seperti ucapan aduh saat kepala terbentur) dapat mengganggu sinyal rasa sakit yang mengalir ke otak, sehingga mengalihkan perhatian Anda dari sensasi tidak nyaman yang Anda rasakan. Temuan ini menunjukkan bahwa membuat ucapan vokal mungkin merupakan cara yang efektif untuk mengatasi rasa sakit (Swee & Schirmer, 2015).

Referensi

  1. Fatwa-fatwa Kontemporer. https://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Qardhawi/Kontemporer/Sakit20.html.
  2. Kisah Menjelang Hari Meninggal Nabi Muhammad SAW. https://islamic-center.or.id/kisah-menjelang-hari-meninggal-nabi-muhammad-saw/
  3. Swee, G., & Schirmer, A. (2015). On the importance of being vocal: Saying “ow” improves pain tolerance. The Journal of Pain, 16(4), 326-334. https://doi.org/10.1016/j.jpain.2015.01.002.
  4. Sahih Al Bukhari 1: Chapter 76, Hadith 5641. https://www.islamicfinder.org/hadith/bukhari/patients/5641/


No comments

Abi. Powered by Blogger.