Jahe (Zingiber officinale)
Jahe (Zingiber officinale) memiliki signifikansi budaya dan sejarah yang sangat besar dalam pengobatan tradisional, digunakan selama lebih dari 2000 tahun karena khasiat obatnya yang serbaguna (Mashabela, & Otang-Mbeng, 2023; Sanjay, 2023). Berbagai budaya dan peradaban telah mengakui jahe sebagai obat ampuh untuk berbagai kondisi seperti masalah jantung, mual, peradangan, dan bahkan kanker (Kaushik, 2023). Dalam literatur Ayurveda, jahe disorot karena penggunaan obatnya baik pada penyakit menular maupun tidak menular, menunjukkan spektrum aktivitas biologisnya yang luas (Nerkar, Nagarkar, & Badar, 2023). Selain itu, jahe telah menjadi bahan umum dalam pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit seperti radang sendi, sakit perut, rematik, dan diabetes, menunjukkan sifat penyembuhannya terhadap kondisi peradangan dan gangguan metabolisme (Gumbarewicz dkk, 2022). Kehadiran senyawa bioaktif seperti gingerol, paradol, dan shogaol berkontribusi pada manfaat obat jahe, menjadikannya ramuan berharga dengan warisan sejarah dan budaya yang kaya dalam pengobatan tradisional.
Kandungan & Khasiat Jahe
Senyawa bioaktif yang ditemukan dalam jahe, seperti gingerol, shogaol, paradol, zingerone, dan α-curcumene, berkontribusi pada aktivitas farmakologisnya yang beragam, termasuk efek anti-inflamasi, antioksidan, antimikroba, dan antikanker (Alzahrani dkk, 2022; Mashabela, & Otang-Mbeng, 2023). Senyawa ini bertanggung jawab atas kemampuan jahe untuk meringankan kondisi seperti pilek, mual, radang sendi, migrain, tekanan darah tinggi, dan berbagai penyakit lainnya (Nerkar, Nagarkar, & Badar, 2023). Selain itu, jahe mengandung senyawa seperti zingiberene dan paradol, yang menunjukkan sifat anti-inflamasi, anti-tumor, antimikroba, antiemetik, hepatoprotektif, dan neuroprotektif, menjadikan jahe ramuan serbaguna dengan manfaat potensial untuk neurologi, kesehatan kardiovaskular, dan pengobatan kanker (Verma & Bisen, 2022). Penggunaan etnobotani jahe dalam mengelola penyakit seperti diabetes, hipertensi, kanker, maag, diare, dan muntah dikaitkan dengan konstituen kimianya, menyoroti spektrum efek farmakologisnya yang luas (Balogun, Oluwa, & Ashafa, 2020).
Metode Pengolahan dan Konsumsi Jahe
Dalam masakan Indonesia, jahe secara tradisional dihidangkan dengan berbagai cara. Salah satu metode umum adalah pengolahan jahe merah menjadi obat herbal instan, di mana rimpang dilakukan pencucian, pemarutan, pemerasan, dan dimasak untuk menghasilkan bubuk jahe merah (Pramesti dkk, 2023). Praktik tradisional lainnya adalah ekstraksi senyawa bioaktif dari rimpang jahe merah untuk mendapatkan minyak esensial dan oleoresin secara bersamaan, meningkatkan kualitas produk akhir (Batubara, Wahyuni, & Farid, 2023). Selain itu, jahe adalah bahan utama dalam Minuman Tradisional Berbasis Jahe (GTD) di Indonesia, dengan formulasi yang dioptimalkan berdasarkan preferensi konsumen untuk atribut seperti kepedasan, warna, rasa manis, dan aroma (Wijaya, Rusviani, & Nurtama, 2018).
Mengkonsumsi jahe dalam jumlah sedang umumnya aman dan bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa para ahli merekomendasikan asupan harian maksimum 3-4 gram ekstrak jahe, dengan batas bawah 1 gram per hari untuk wanita hamil dan tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun (Nayak dkk, 2022). Penelitian telah menunjukkan bahwa jahe dapat secara efektif mengurangi gejala mual dan muntah selama kehamilan tanpa menimbulkan risiko yang signifikan bagi ibu atau bayi, dengan dosis 1 gram jahe segar per hari selama empat hari menunjukkan hasil positif (Viljoen dkk, 2014; Sharma, 2019).
Ada banyak minuman berbahan jahe. Bajigur dan bandrek adalah beberapa minuman dari daerah Sunda berbahan utama jahe yang dikombinasi dengan bahan-bahan lain sehingga menambah kenikmatan rasanya. Diantara, minuman-minuman berbahan jahe, wedang jahe adalah salah satu minuman yang paling sering disuguhkan di masyarakat Indonesia. Berikut cara pembuatan wedang jahe:
Bahan-bahan: 2 rimpang jahe digeprek, gula aren secukupnya, 1 batang serai dimemarkan, 1.000 cc air, dan gula pasir/madu secukupnya serta 1/2 sendok teh bubuk kayu manis.
Cara Membuat:
- Siapkan panci untuk merebus bahan minuman.
- Tuangkan air ke dalam panci lalu didihkan dengan api sedang.
- Masukkan jahe, gula aren, bubuk kayu manis, dan serai ke dalam air.
- Masak hingga mendidih sampai aroma wangi jahe tercium atau selama 20 menit.
- Setelah mendidih, masukkan gula pasir/madu sesuai selera agar rasanya tambah nikmat.
- Aduk sebentar, lalu angkat dan saring air wedang.
- Tuangkan pada gelas dan wedang jahe siap dinikmati selagi hangat.
Referensi
Alzahrani, A. M., Abdullah, H. Y., Alturkistani, H. A., Alfaifi, H. Y., Alshehri, F. M., & Albar, A. H. (2022). Health Benefits and Biological Activity of Ginger Phytochemicals Against Chronic Diseases and Cancers. Journal for Research in Applied Sciences and Biotechnology, 1(3), 264–277. https://doi.org/10.55544/jrasb.1.3.35
Batubara, I., Wahyuni, W. T., & Farid, M. (2023). Combination of Extraction and Distillation Red Ginger Rhizome on the Composition of Active Compounds and Tyrosinase Inhibitory Activity. International Journal on Advanced Science, Engineering & Information Technology, 13(2). doi: 10.18517/ijaseit.13.2.17606
Gumbarewicz, E., Jarząb, A., Stepulak, A., & Kukula-Koch, W. (2022). Zingiber officinale Rosc. in the Treatment of Metabolic Syndrome Disorders—A Review of In Vivo Studies. International Journal of Molecular Sciences, 23(24), 15545. https://doi.org/10.3390/ijms232415545
Kaushik, P. (Ed.). (2023). Ginger - Cultivation and Use. IntechOpen. doi: 10.5772/intechopen.102135
Mashabela, M.N, & Otang-Mbeng, W. (2023). The Therapeutic and Phytopharmacological Potential of Ginger (Zingiber officinale). IntechOpen. doi: 10.5772/intechopen.105900
Nayak, A., Pradhan, D., Nayak, D., Swain, S., & Mohanty, G. (2022). Ginger Processing and It’s Value Addition. International Journal For Science Technology And Engineering, doi: 10.22214/ijraset.2022.42644
Nerkar, A. G., Nagarkar, R., & Badar, S. (2023). Ethnopharmacological review of turmeric for anticancer activity. Current Trends in Pharmacy and Pharmaceutical Chemistry, 5(1), 10-15. doi: 10.18231/j.ctppc.2022.028
Pramesti, Y. S., Setyowidodo, I., Fatkur Rhohman, & Ilham, M. M. (2023). Analisis gaya dan daya pada alat pengaduk mesin kristalisasi jahe dengan kapasitas 5 kg/jam. Jurnal Mesin Nusantara, 6(1). https://doi.org/10.29407/jmn.v6i1.19929
Sanjay, Kumar. (2023). A Review on Medicinal Activities of Zinger Officinale. Proceeding international conference on science and engineering, doi: 10.52783/cienceng.v11i1.145
Sharma, R. (2019). Competitive ability of Phalaris minor and wheat (Triticum aestivum L.) at variable density. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 8(1S), 121-123.
Verma, R., & Bisen, P. S. (2022). Ginger- A Potential Source of Therapeutic and Pharmaceutical Compounds. Journal of Food Bioactives, 18(18). https://doi.org/10.31665/JFB.2022.18309
Viljoen, E., Visser, J., Koen, N., & Musekiwa, A. (2014). A systematic review and meta-analysis of the effect and safety of ginger in the treatment of pregnancy-associated nausea and vomiting. Nutrition journal, 13, 1-14.https://doi.org/10.1186/1475-2891-13-20
Wijaya, C. H., Rusviani, V., & Nurtama, B. (2018). A Study on Reformulation of Ginger-based Traditional Drink based on Consumer Acceptability and Flavor Preference. Food Nutr OA, 1(2), 108.
Balogun, F.O., Oluwa, E.T.A., & Ashafa, A.O.T., (2020). Pharmacological Potentials of Ginger. IntechOpen. doi: 10.5772/intechopen.88848
Leave a Comment