E-learning
E-Learning adalah bagian dari perubahan terbesar dalam cara kita melakukan proses pembelajaran sejak penemuan papan tulis atau mungkin alfabet (Horton, 2000). E-learning berasal dari dua kata yaitu electronic dan learning. Dari namanya dapat dipahami bahwa e-learning adalah suatu proses pembelajaran yang menggunakan perangkat elektronik sebagai sarana pembelajaran. Batasan e-learning di literatur sangat banyak dan definisinya sangat beragam. Definisi yang tepat menuntut bahwa media elektronik harus memberikan dukungan khusus untuk proses pembelajaran itu sendiri, yang mungkin tidak dapat dicapai oleh media lain (Moore, Dickson-Deane, & Galyen, 2011). Definisi Harley (2001) sepertimya bisa diterima oleh banyak kalangan. Beliau mendefinisikan e-Learning sebagai suatu jenis proses belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
Menurut Simonson & Smaldino (2019) e-Learning merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh. e-Learning dipilih karena berbagai alasan termasuk keinginan untuk: (1) Memberikan pelatihan yang konsisten dan di banyak tempat sekaligus; (2) Mengurangi jumlah kegiatan jika peserta didik sangat banyak; (3) Meningkatkan kenyamanan peserta didik karena fleksibilitas waktu dan bisa mandiri. Asalkan memiliki teknologi yang diperlukan, mereka memiliki akses ke e-learning setiap saat; (4) Mengurangi kelebihan informasi. E-learning memiliki potensi untuk mengelola pertumbuhan dalam jumlah informasi yang perlu dipelajari peserta didik. Pertumbuhan ini sering menyebabkan kelebihan informasi selama pelatihan, yang mengakibatkan pelatihan tidak efektif ketika peserta didik tidak dapat menyimpan semua informasi yang disajikan kepada mereka ; (5) meningkatkan pelacakan dalam hal kegiatan pembelajaran dan penguasaan materi; dan (6) efisiensi biaya lebih rendah khususnya ketika peserta didik ingin mengurangi biaya perjalanan dan ruang kelas, dan waktu tidak bekerja, terkait dengan pelatihan di luar lokasi. (Welsh, Wanberg, Brown, & Simmering, 2003).
Disamping kelebihan, e-Learning juga memeliki kekurangan. Misalnya: 1) Kurangnya interaksi di antara peserta membuat e-learning kurang menarik bagi pembelajar; 2) E-learning lebih banyak memberikan informasi dibandingkan praktek, bimbingan, dan umpan balik; 3) e-learning yang efektif membutuhkan upaya dan perencanaan yang signifikan. Jika perhatian yang cukup tidak diberikan pada implementasi, e-learning tidak akan berhasil.
Tiga area yang perlu dipertimbangkan selama perencanaan implementasi: desain pelatihan, infrastruktur teknologi informasi (TI), dan manajemen perubahan. Masalah penting dari desain termasuk apakah pembelajar dapat menggunakan teknologi, bagaimana memastikan acara pembelajaran yang dirancang dengan baik (menggabungkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa) dan bagaimana memastikan motivasi pelajar. Masalah TI yang penting termasuk apakah pengguna memiliki teknologi yang diperlukan untuk mengakses konten dan apakah sumber daya yang diperlukan, termasuk perangkat keras, perangkat lunak, dan dukungan teknis untuk peluncuran dan pemeliharaan, tersedia. Akhirnya, isu-isu manajemen perubahan penting termasuk bagaimana mempersiapkan pengguna dan staf pendidikan untuk perubahan.
Baca juga artikel: 3 aplikasi e-learning yang populer
Perkembangan e-Learning dari masa ke masa digambarkan oleh Cross (2002) dalam Wahono (2003) sebagai berikut:
1990: Computer Based Training (CBT). Era dimana mulai bermunculan aplikasi e-Learning yang berjalan dalam PC standalone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi berupa materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (video dan audio) dalam format MOV, MPEG-1 atau AVI. Perusahaan perangkat lunak Macromedia mengeluarkan tool pengembangan bernama Authorware, sedangkan Asymetrix (sekarang bernama Click2learn) juga mengembangkan perangkat lunak bernama Toolbook.
1994: Paket-Paket CBT Seiring dengan mulai diterimanya CBT oleh masyarakat, sejak tahun 1994 muncul CBT dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
1997: LMS (Learning Management System) Seiring dengan perkembangan teknologi internet di dunia, masyarakat dunia mulai terkoneksi dengan Internet. Kebutuhan akan informasi yang cepat diperoleh menjadi mutlak, dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Disinilah muncul sebutan Learning Management System atau biasa disingkat dengan LMS. Perkembangan LMS yang semakin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang ada dengan suatu standard. Standard yang muncul misalnya adalah standard yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Committee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
1999: Aplikasi e-Learning Bebasis Web. Perkembangan LMS menuju ke aplikasi e-Learning berbasis Web secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs portal yang pada saat ini boleh dikata menjadi barometer situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar dunia. Isi juga semakin kaya dengan berpaduan multimedia, video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standard, berukuran kecil dan stabil.
Daftar Rujukan:
- Hartley, D. E. (2001). Selling e-learning. American Society for Training and Development.
- Horton, W. (2000), Designing Web-based Training. New York: John Wiley and Sons.
- Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, K. (2011). e-Learning, online learning, and distance learning environments: Are they the same?. The Internet and Higher Education, 14(2), 129-135.
- Simonson,
M., Zvacek, S. M., & Smaldino, S. (2019). Teaching and Learning at a
Distance: Foundations of Distance Education 7th Edition. IAP
- Wahono, R. S. (2003). Pengantar e-Learning dan pengembangannya. Diakses pada tanggal, 5 Agustus 2020.
- Welsh, E. T., Wanberg, C.G., Brown, K. G., & Simmering, M. J., (2003). E-learning, emerging uses, emperical results and future directions. International Journal of Training and Development, 7(4), 245-258.
Leave a Comment