Di Peringkat Berapakah Kita?
Oleh : KH. Ahmad Mudzoffar Jufri, MA*
Imam Ibnul Jauzi membagi orang-orang yang hidup pada masa generasi salaf,
dalam hal qiyamullail, menjadi tujuh peringkat sebagai berikut:
PERINGKAT PERTAMA: Mereka yang menghidupkan malam secara penuh, yakni
melakukan qiyamullail sepanjang malam tanpa tidur sama sekali. Sehingga
diantara mereka ada yang melakukan shalat subuh dengan wudhu isya'.
PERINGKAT KEDUA: Mereka yang melakukan qiyamullail separuh malam.
PERINGKAT KETIGA: Mereka yang menunaikan qiyamullail sepertiga malam. Nabi
SAW. bersabda (yang artinya): "Shalat yang paling dicintai Allah 'Azza wa
Jalla adalah shalat (Nabi) Dawud. Dimana beliau dulu tidur separuh malam,
shalat qiyamullail sepertiga malam, dan tidur (lagi) seperenam malam"
(Muttafaq 'alaih).
PERINGKAT KEEMPAT: Mereka yang mengerjakan shalat qiyamullail seperenam
malam atau seperlima malam.
PERINGKAT KELIMA: Mereka yang tidak memiliki standar batasan waktu
tertentu. Sehingga salah seorang dari mereka misalnya melakukan shalat
qiyamullail sampai rasa kantuk menyergapnya lalu tidur. Dan saat bisa bangun
(di tengah/penghujung malam) baru ia shalat lagi.
PERINGKAT KEENAM: Sekelompok orang yang mendirikan shalat malam empat
rakaat atau dua rakaat saja.
PERINGKAT KETUJUH; Golongan orang yang melakukan shalat (sunnah) selama
waktu antara maghrib dan isya', lalu bangun pada penghujung malam menjelang
subuh. Sehingga, dengan begitu, mereka menggabungkan antara dua ujung (malam).
Nabi SAW. bersabda (yang artinya); "Sungguh pada malam hari terdapat satu
waktu, dimana tak seorang muslimpun memohon suatu kebaikan kepada Allah tepat
pada waktu itu, melainkan Allah akan memberikannya. Dan itu setiap malam"
(HR. Muslim).
Selanjutnya Imam Al-Ghazali menyebutkan faktor-faktor pendukung yang
memudahkan seseorang untuk qiyamullail, baik yang bersifat lahiriah maupun
batiniah (bersifat maknawi). Dan yang bersifat lahiriah ada empat hal, sebagai berikut:
PERTAMA: Tidak banyak makan dan minum, yang akan membuatnya gampang tidur
dan berat untuk bangun qiyamullail.
KEDUA: Tidak berlelah-lelah, pada siang hari, dengan hal-hal yang tidak
berguna.
KETIGA: Tidak meninggalkan qailulah (tidur siang), karena ia (qailulah)
akan membantunya untuk bisa bangun shalat malam.
KEEMPAT: Tidak melakukan dosa di siang hari, yang akan menghalanginya untuk
bisa bangun shalat di malam hari.
Sementara itu faktor penyebab/pendukung (qiyamullail) yang bersifat
maknawi, juga ada empat hal, yaitu:
PERTAMA: Bersihnya hati dari kebencian terhadap sesama muslim, dari bid'ah
dan dari dominasi kesenangan duniawi.
KEDUA: Rasa takut (kepada Allah) yang dominan di hati, disertai kesadaran
akan pendeknya masa hidup di dunia.
KETIGA: Meyakini besarnya fadilah qiyamullail.
KEEMPAT: Ini merupakan faktor pemotivasi paling mulia. Yakni rasa mahabbah
(kecintaan) kepada Allah dan kuatnya rasa iman bahwa, saat qiyamullai itu tiada
satu hurufpun yang terucap melainkan berarti ia sedang bermunajat dengan
Rab-nya.
Salam spesial Ramadhan dari pengharap doa hamba-hamba bertaqwa.
*Dewan Penasihat IKADI Jawa Timur
Leave a Comment