Tips Menguasai Laporan Pendahuluan (LP)

Bagi mahasiswa keperawatan yang menjalani praktek klinik keperawatan di rumah sakit pasti tidak lepas dari Laporan Pendahuluan. Laporan pendahuluan (LP) adalah strategi pembelajaran di lahan praktek dimana setiap mahasiswa menyiapkan laporan manajemen kasus dari pengertian hingga penatalaksanaannya, dari pengkajian data keperawatan hingga evaluasi perkembangan kasus. Dengan demikian diharapkan mahasiswa siap menjalani praktek keperawatan di ruangan.

LP ini awalnya dikembangkan akibat dari realita bahwa saat mahasiswa menjalani praktek di ruang tertentu kebanyakan merasa tidak siap, merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan jika langsung dihadapkan pada kasus. Padahal secara konsep teori mereka sudah mendapatkan tema kasus tersebut dibangku kuliah. Oleh karena itu, semestinya tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak siap melaksanakan praktek di ruangan. Ketidaksiapan mahasiswa ini akhirnya berdampak pada lamanya mahasiswa melakukan orientasi di ruangan. Dan lamanya orientasi akan menyita waktu  pembelajaran klinik padahal waktu mereka menjalani praktek sangat terbatas.

Pada perkembangannya, LP yang dimaksudkan untuk membantu kesiapan mahasiswa praktek, terutama pada ranah kognitif nampaknya menjadi kurang efektif saat ini. Hal ini terbukti dengan hasil evaluasi (responsi) LP, dimana kebanyakan mahasiswa tidak mampu menjawab dengan baik. Usut punya usut, ternyata penyebabnya adalah mereka tidak menyiapkan laporan sendiri namun mengambil laporan pendahuluan yang banyak bertebaran dari internet. Ini berbeda dengan awal dikembangkannya LP dimana mahasiswa menyusun sendiri, mulai dari proses meminjam buku referensi di perpustakaan, membacanya dan mensintesis menjadi sebuah LP.

Berdasarkan hal tersebut di atas dan pengalaman membimbing praktek di lahan praktek, berikut beberapa hal yang bisa digunakan oleh mahasiswa untuk meningkatkan penguasaan kasus secara konsep teori agar mampu menjalani praktek di klinik dengan baik tanpa harus membuka buku lagi.

Pertama, identifikasilah gangguan sistem pada kasus yang Anda kelola. Misalnya, kalau Anda mendapat kasus kelolaan dengan diagnose medis gagal ginjal kronis (Chronic Kidney Desease) maka kasus tersebut termasuk sistem perkemihan.

Kedua, pahami fungsi dari sistem tersebut. Misalnya: sistem perkemihan (ginjal) berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, sebagai tempat produksi eritropoetin, mempertahankan asam basa dll

Ketiga, Kenali patofisiologi gangguan fungsi dari sistem yang bersangkutan (tanda dan gejala). Misalnya: fungsi ginjal adalah menjaga keseimbangan cairan. Pada pasien gagal ginjal dimana fungsi perkemihan terganggu (gangguan filtrasi) maka dapat menyebabkan edema (akumulasi cairan di dalam tubuh) sebab fungsi filtrasi ginjal menurun. Cairan tidak bisa dibuang lewat urine (anuria, poliguria).

Keempat, menetapkan diagosa keperawatan dari tanda dan gejala yang muncul dengan merujuk pada buku diagnose keperawatan (misalnya NANDA-i). Contoh: pasien tampak edema, anuria, uliguria dll. Setelah mencocokkan dengan buku dianosa keperawatan kemungkinan diagnose keperawatan yang sesuai adalah kelebihan volume cairan.

Selanjutnya tinggal Anda lanjutkan intervensi sesuai dengan buku diagnose keperawatan.


Selamat belajar mahasiswa di lahan praktek, semoga tips ini bermanfaat.
Abi. Powered by Blogger.