Konstipasi

 

Image by master1305 on Freepik

Konstipasi (sembelit) adalah jarangnya buang air besar atau kesulitan dalam buang air besar (Jani & Marsicano, 2018). Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) mendefinisikan konstipasi sebagai penurunan defekasi normalyang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak. Prevalensi konstipasi adalah 15% pada populasi umum dengan rasio perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, serta prevalensi yang lebih tinggi pada lansia terutama di atas 65 tahun. Penyakit ini menimbulkan beban ekonomi yang besar terkait dengan biaya perawatan kesehatan langsung dan biaya tidak langsung (Jani & Marsicano, 2018).

Etiologi

Penyebab konstipasi bervariasi dan biasanya dibagi dalam dalam dua kategori yaitu penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer biasanya disebabkan oleh transit normal (disebut juga konstipasi fungsional), transit lambat dan obstruksi pelepasan (Andrews, & Storr, 2011). Sementara itu penyebab sekunder dapat dibagi menjadi kategori sebagai berikut:

  1. Penyebab anatomi termasuk stenosis anal atau atresia, anus yang dipindahkan secara anterior, anus imperforata, striktur usus, striktur anal.
  2. Penyebab otot-otot abnormal terkait termasuk sindrom perut prune, gastroschisis, sindrom down, distrofi otot.
  3. Penyebab terkait kelainan saraf usus termasuk penyakit Hirschsprung, pseudo-obstruksi, displasia neuronal usus, cacat sumsum tulang belakang, tali tambat, spina bifida
  4. Obat-obatan seperti antikolinergik, narkotika, antidepresan, timbal, keracunan vitamin D.
  5. Penyebab metabolik dan endokrin seperti hipokalemia, hiperkalsemia, hipotiroidisme, diabetes mellitus (DM), atau diabetes insipidus.
  6. Penyebab lain termasuk penyakit celiac, cystic fibrosis, alergi protein susu sapi, penyakit radang usus, skleroderma, antara lain (Diaz, Bittar, & Mendez, 2023).

Tanda dan Gejala

Berbagai gejala termasuk tinja yang keras, mengejan, sensasi penyumbatan di daerah anus, evakuasi yang tidak sempurna, ketidaknyamanan perut, dan kembung. 

Kondisi Klinis Terkait

Beberapa kondisi klinis berikut sering berhubungan dengan terjadinya konstipasi: 1) Lesi/cedera pada medula Spinalis, 2) Spina bifida, 3) Stroke, 4) Sklerosis multipel, 5) Penyakit Parkinson, 6) Demensia, 7) Hiperparatiroidisme, 8) Hipoparatiroidisme, 9) Ketidakseimbangan elektrolit, 10) Hemoroid, 11) Obesitas, 12) Pasca operasi obstruksi bowel, 13) Kehamilan, 14) Pembesaran prostat, 15) Abses rektal, 16) Fisura anorektai, 17) Striktura anorektal, 18. Prolaps rektal, 19) Ulkus rektal, 20) Rektokel, 21) Tumor, 22)  penyakit Hirschsprung, 23) Impaksi feses.

Intervensi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi pasien dengan konstipasi antara lain (Bulechek, 2013):
  • Pantau tanda dan gejala sembelit
  • Pantau tanda dan gejala impaksi
  • Pantau gerakan usus, termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna, sesuai yang sesuai
  • Pantau suara usus
  • Konsultasikan dengan dokter tentang penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
  • Pantau tanda dan gejala robekan usus dan/atau peritonitis
  • Jelaskan etiologi masalah dan dasar tindakan kepada pasien
  • Identifikasi faktor (misalnya, obat-obatan, istirahat di tempat tidur, dan diet) yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap sembelit
  • Terapkan jadwal buang air besar, jika sesuai
  • Dorong peningkatan asupan cairan, kecuali jika ada kontraindikasi
  • Evaluasi profil obat untuk efek samping gastrointestinal
  • Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
  • Ajarkan pasien/keluarga cara membuat catatan makanan
  • Instruksikan pasien/keluarga tentang diet tinggi serat, jika sesuai
  • Instruksikan pasien/keluarga tentang penggunaan yang tepat dari pencahar
  • Instruksikan pasien/keluarga tentang hubungan diet, olahraga, dan asupan cairan dengan sembelit/impaksi
  • Evaluasi catatan asupan untuk kandungan gizi
  • Sarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit atau impaksi berlanjut
  • Sarankan penggunaan pencahar/pelembut tinja, jika sesuai
  • Informasikan pasien tentang prosedur pengangkatan tinja secara manual, jika diperlukan
  • Angkat impaksi tinja secara manual, jika diperlukan
  • Berikan enema atau irigasi, jika perlu
  • Timbang pasien secara berkala
  • Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses pencernaan normal
  • Ajarkan pasien/keluarga tentang kerangka waktu untuk pemulihan sembelit

Referensi

  1. Andrews, C. N., & Storr, M. (2011). The pathophysiology of chronic constipation. Canadian journal of gastroenterology = Journal canadien de gastroenterologie, 25 Suppl B(Suppl B), 16B–21B.
  2. Bulecheck et al (2013). Nursing Intervesions Classification, Sixth Edition. Elsevier.
  3. Diaz S, Bittar K, Mendez MD. Constipation. [Updated 2023 Jan 31]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513291/
  4. Jani, B., & Marsicano, E. (2018). Constipation: Evaluation and Management. Missouri medicine, 115(3), 236–240.
  5. Sharma, A., & Rao, S. (2017). Constipation: Pathophysiology and Current Therapeutic Approaches. Handbook of experimental pharmacology, 239, 59–74. https://doi.org/10.1007/164_2016_111
  6. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. DPP PPNI.

No comments

Abi. Powered by Blogger.