Trik Menulis Latar Belakang pada Penelitian Asosiatif
Image by jcomp on Freepik |
Tulisan akademik atau dalam Bahasa Inggris disebut academic writing adalah gaya penulisan formal yang digunakan di perguruan tinggi dan universitas. Gaya penulisan ini biasanya dilakukan oleh para mahasiswa untuk tugas-tugas akademik mereka atau para guru dan peneliti di dalam menulis karya ilmiah mereka. Ada banyak tulisan akademik, salah satunya adalah proposal atau makalah penelitian.
Makalah yang ditulis dalam gaya akademik setidaknya mencakup tiga bagian berbeda: pendahuluan (latar belakang), isi, dan kesimpulan. Tulisan berikut dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana menulis latar belakang yang menarik perhatian pembaca dan sesuai dengan desain penelitian asosiatif. Penulis memandang bahwa jenis penelitian akan mempengaruhi gaya penulisan di latar belakang.
Pada penelitian asosiatif (korelatif), latar belakang setidaknya ditulis dalam beberapa langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Menyebutkan masalah di awal kalimat pada alinea pertama secara jelas.
Penyebutan masalah di awal kalimat pada alinea pertama ini sangat penting bagi pembaca karena akan menarik perhatian mereka. Terkadang, masalah tidak disebutkan secara jelas di latar belakang atau disebutkan namun jauh di sela-sela antar alinea sehingga dibutuhkan upaya yang lebih untuk memahami isi tulisan. Oleh karena itu, tidak jarang pembaca melewati tulisan yang sesungguhnya berbobot namun tidak ditulis dengan gaya akademik yang bagus.
Contoh penulisan masalah:
“Masalah utama dalam penatalaksanaan pasien dengan diabetes melitus adalah rendahnya dukungan keluarga…”
“Studi tentang manajemen diri pasien telah menjadi aspek penting dari penatalaksanaan diabetes melitus…”
Beberapa contoh kalimat pengantar yang menggambarkan masalah antara lain:
*Baru-baru ini, ada minat yang meningkat pada _____
*Hubungan antara _____ dan ______telah diselidiki oleh banyak peneliti.
*Kemungkinan _____ telah menimbulkan minat yang luas pada _____
*Perkembangan _____ adalah masalah klasik di _____
* _____ telah dipelajari secara ekstensif dalam beberapa tahun terakhir.
* Banyak penelitian terbaru berfokus pada _____ (Kayfetz, 2009).
dst.
Langkah 2: Menyebutkan bukti-bukti adanya masalah berdasarkan studi terdahulu
Masalah pada penelitian asosiatif biasanya berupa fenomena yang terjadi pada obyek atau populasi yang menjadi pengamatan. Misalnya seorang peneliti mengamati fenomena yang terjadi pada pasien diabetes. Dari studi terdahulu terdapat bukti bahwa dukungan keluarga pada penatalaksanaan pasien diabetes rendah. Di sisi lain, terdapat bukti bahwa manajemen diri pasien diabetes juga rendah.
Contoh:
“Masalah utama dalam penatalaksanaan pasien dengan diabetes melitus adalah rendahnya dukungan keluarga. Sebuah studi melaporkan bahwa 30% pasien diabetes mengatakan keluarganya jarang mengingatkan diet yang harus dilakukan…. (Xxxx, 2020). Dst…”
Kalimat yang tercetak italic di atas adalah bukti studi terdahulu. Sertakan bukti-bukti lain yang relevan. Semakin banyak bukti disertakan semakin baik dalam mendukung adanya masalah yang perlu dipecahkan.
Langkah 3: Menyebutkan pentingnya masalah.
Setelah bukti-bukti adanya masalah diuraikan selanjutnya perlu ditekankan pentingnya masalah. Perlu diperhatikan bahwa pentingnya masalah juga diambil dari studi terdahulu. Contoh pentingnya masalah:
“Dukungan keluarga sangat penting bagi pasien diabetes melitus. Sebuah studi melaporkan bahwa dukungan keluarga dibutuhkan oleh pasien dengan diabetes dalam menurunkan tingkat stress (Rahmi, Malini, & Huriani, 2020). Dukungan keluarga juga penting untuk meningkatkan kepatuhan diet pasien (Bangun, Jatnika, & Herlina, 2020). Sementara itu Meidikayanti, & Wahyuni (2017) melaporkan bahwa rendahnya dukungan keluarga dapat menyebabkan rendahnya kualitas hidup Pasien dengan diabetes melitus …”
Perhatikan kalimat yang tercetak italic menggambarkan pentingnya masalah dan menjadi alasan pentingnya dilakukan studi saat ini. Anda juga perlu menguraikan pentingnya semua variabel pada studi Anda, bukan hanya satu sebagaimana contoh di atas. Jika satu variabel lainnya adalah kepatuhan pasien terhadap penatalaksanaan, maka Anda juga harus menguraikan pentingnya variable tersebut.
Langkah 4: Menyebutkan dugaan keterkaitan masalah
Setelah dua fenomena dalam populasi atau obyek pengamatan disajikan maka Langkah selanjutnya adalah perlunya penekanan bahwa fenomena tersebut saling berhubungan. Contoh:
“…munculnya dua fenomena pada pasien dengan diabetes melitus diatas sepertinya memiliki benang merah…dst.”
Langkah 5: Menyebutkan belum adanya studi terdahulu sebagai alasan studi saat ini.
Langkah 4 diikuti dengan menyebutkan ada tidaknya penelitian sebelumnya yang sama. Jika ada, maka sebaiknya dicari apa nilai keterbaruan dari studi yang akan dilakukan. Jika tidak menemukan sebaiknya tinggalkan saja sebab melakukan penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain selain membuang waktu juga tidak begitu penting. Jika tidak menemukan studi terdahulu yang sama maka studi ini menjadi penting untuk dilakukan. Contoh berikut menggabungkan antara langkah ke-4 dan ke-5 sekaligus:
“…munculnya dua fenomena pada pasien dengan diabetes melitus diatas sepertinya memiliki benang merah. Sejauh penelusuran peneliti, belum ada studi dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan manajemen diri pada pasien dengan diabetes melitus, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi dengan judul di atas…dst.”
Referensi
- Bangun, A. V., Jatnika, G., & Herlina, H. (2020). Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, 3(1), 66-76.
- Kayfetz, J. L. (2009). Academic writing and great presentations workshops for CS grad students. Newsletter of the Department of Computer Science at Columbia University, 5(2).
- Meidikayanti, W., & Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup Diabetes melitus tipe 2 di puskesmas pademawu. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2), 240-252.
- Rahmi, H., Malini, H., & Huriani, E. (2020). Peran dukungan keluarga dalam menurunkan diabetes distress pada pasien diabetes mellitus tipe ii. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4).
Leave a Comment