Nausea
Stink photo created by karlyukav - www.freepik.com |
Nausea atau yang kita sebut dengan mual adalah perasaan yang bersifat subyektif, tidak menyenangkan namun tidak menyakitkan. Biasanya berkaitan keinginan mau muntah (Hasler dan Chey, 2003). Namun, tidak setiap perasaan mual selalu disertai dengan muntah. Meski jarang, terdapat situasi di mana mual berat dapat terjadi tanpa muntah. Sebaliknya, muntah dapat terjadi tanpa mual sebelumnya walaupun sangat jarang (Singh, Yoon, & Kuo, 2016). Umumnya perasaan mual lebih sering terjadi dibandingkan muntah. Menurut SDKI (2017), muntah didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di belakang tenggorokan atau dalam lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Nausea merupakan standar diagnosa keperawatan Indonesia dengan no D.0075.
Mual adalah gejala yang umum terjadi pada orang sakit yang disebabkan oleh berbagai macam kondisi yang dikategorikan penyebab obat-obatan dan etiologi toksik dan gangguan usus & peritoneum (Tabel 1).
Tabel 1. Penyebab mual
Obat-obatan
dan etiologi toksik |
Gangguan usus
dan peritoneum |
Kemoterapi kanker Analgesik Obat kardiovaskular Digoxin Antiaritmia Antihipertensi β-Blocker Calcium-channel antagonists Sediaan/terapi hormonal Antidiabetik oral Kontrasepsi oral Antibiotik/antivirus Eritromisin Tetrasiklin Sulfonamida Obat antituberkulosis Asiklovir Obat gastrointestinal Sulfasalazine Azathioprine Nikotin SSP aktif Narkotika Obat antiparkinson Antikonvulsan Terapi radiasi Penyalahgunaan etanol Penyebab-penyebab infeksi Gastroenteritis Otitis media Porfiria intermiten akut Penyebab lain-lain Penyakit jantung Infark miokard Gagal jantung
kongestif Ablasi frekuensi radio Kelaparan |
Obstruksi mekanik Obstruksi saluran keluar lambung Obstruksi usus kecil Gangguan gastrointestinal fungsional Dispepsia fungsional Nausea idiopatik
kronis Sindrom Muntah Siklik Muntah idiopatik Non-ulcer dyspepsia Sindrom iritasi usus besar Gangguan saluran cerna organik Adenokarsinoma
pankreas Peptic ulcer disease Kolesistitis Pankreatitis Hepatitis Penyakit Crohn Gangguan neuromuskular pada saluran
pencernaan Gastroperesis Mual dan muntah pasca operasi Obstruksi semu usus kronis Penyebab-penyebab saraf pusat Migrain Peningkatan tekanan intrakranial Keganasan Perdarahan Infark Abses Meningitis Malformasi kongenital Hidrosefalus Pseudotumor serebri Gangguan kejang Gangguan demielinasi Penyakit Psikiatri Muntah psikogenik Gangguan kecemasan Depresi Nyeri Gangguan Makan Gangguan labirin Mabuk Labirinitis Tumor penyakit Meniere Iatrogenik Penyebab endokrinologis dan
metabolik Kehamilan Endokrin dan metabolisme lainnya Uremia Ketoasidosis diabetik Hiperparatiroidisme Hipoparatiroidisme Hipertiroidisme Penyakit Addison |
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang terlibat terjadinya mual cukup
kompleks dan mencakup keadaan psikologis, sistem saraf pusat, sistem saraf
otonom, disritmia lambung, dan sistem endokrin. Jalur sentral dan perifer
terlibat dalam terjadinya mual. Informasi aferen dari berbagai rangsangan
disampaikan ke nukleus traktus solitarius melalui empat jalur: vestibular dan
serebelar, korteks serebral dan sistem limbik, area postrema dan saluran cerna
melalui saraf vagus. Setelah salah satu jalur saraf ini diaktifkan, itu
memuncak menjadi sensasi mual dengan atau tanpa muntah. Informasi eferen dari
nukleus traktus solitarius juga bertanggung jawab untuk aktivasi respon saraf
otonom melalui jalur vagal. Mual juga berhubungan dengan disritmia lambung dan
pelepasan vasopresin. Namun, hubungan sebab-akibat dari triad ini tidak
dipahami dengan baik dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Gambar1. Patofisiologi Mual |
Gejala dan Tanda
Gejala yang sering terjadi pada nausea adalah keluhan mual, merasa ingin muntah, dan tidak
berselera makan. Ada gejala yang jarang muncul seperti rasa asam di mulut,
sensasi panas/dingin, dan sering menelan. Nausea juga bisa ditandai dengan peningkatan
saliva, pasien tampak pucat dan diafoeris, takikardi, dan pupil mengalami
dilatasi.
Manajemen Keperawatan
Manajemen mual akut perlu dibedakan dengan mual kronis. Berkaitan dengan mual kronis, terdapat kekurangan literatur yang mengevaluasi terapi farmakologis. Hal ini dikarenakan perasaan mual muntah secara klinis sering kali berlangsung sebentar dan hilang dengan sendirinya. Literatur yang ada sering berfokus pada pada situasi klinis di mana risiko mual dan muntah tinggi, seperti pada kehamilan, periode waktu pasca operasi, pasca kemoterapi, dan pasca radiasi (Singh & Kuo, 2016).
Dalam pendekatan keperawatan SDKI (2017), nausea biasanya diatasi dengan beberapa intervensi. Intervensi paling utama adalah manajemen mual dan manajemen muntah. Adapun intervensi pendukung biasanya diberikan sesuai dengan kondisi pasien. Intervensi pendukung tersebut bisa meliputi: dukungan hypnosis diri, edukasi efek samping obat, kemoterapi, edukasi manajemen nyeri, edukasi perawatan kehamilan, edukasi Teknik nafas, manajemen efek samping obat, manajemen kemoterapi, manajemen nyeri, manajemen stress, pemberian obat secara IV atau oral, terapi akupungtur, akupresur, dan terapi relaksasi.
Referensi
- Singh, P., Yoon, S. S., & Kuo, B. (2016). Nausea: a review of pathophysiology and therapeutics. Therapeutic advances in gastroenterology, 9(1), 98–112. https://doi.org/10.1177/1756283X15618131
- Hasler, W. L., & Chey, W. D. (2003). Nausea and vomiting. Gastroenterology, 125(6), 1860–1867.
- Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 (Cetakan III). Penerbit DPP PPNI
Leave a Comment