Batasan Makan Minum Seorang Muslim
Image by wayhomestudio on Freepik |
Seorang tabib pribadi Khalifah Harun al-Rasyid yang beragama Nasrani pernah berkata kepada seorang yang alim, "dalam kitab kalian tidak sedikitpun dituliskan ilmu tentang kedokteran", kemudian sang alim menjawab : "sesungguhnya Allah telah mengumpulkan ilmu kedokteran dalam satu ayat dari kitab kami", sang tabib kemudian menimpali : "lalu apakah itu ?" , sang 'Alim kemudian membacakan firman Allah :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
"makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (Al A’raf:31).
Tidak berlebih-lebihan adalah batasan makan dan minum bagi seorang muslim. Namun bagaimanakah pemahaman yang benar atas kalimat “tidak berlebih-lebihan” tersebut. Al Miqdam bin Ma'dikarib pernah berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah anak Adam memenuhi tempat yang lebih buruk dari pada perutnya, ukuran bagi (perut) anak Adam adalah beberapa suapan yang hanya dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika jiwanya menguasai dirinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas."
Ucapan Miqdam di atas menunjukkan Batasan makan minum yang sangat jelas. Batasan minimal adalah beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggung seseorang. Rasa lapar terkadang menyebabkan perasaan seseorang sulit untuk mempertahankan posisi berdiri. Kakinya gemetar dan terjadi kelemahan diseluruh tubuhnya. Jika kemudian orang tersebut makan beberapa suap dan kemudian rasa lemah atau gemetar menghilang, maka cukup baginya untuk menghentikan suapannya. Ini adalah Batasan minimal. Namun jika kemudian orang tersebut tidak mampu untuk menghentikan keinginan makannya, maka makan minum yang dilakukan tidak sampai menyebabkan kesulitan bernafas karena rasa kenyang yang berlebihan. Ini adalah Batasan maksimal dan yang dimaksud dengan kalimat sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas." (Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3340).
Sebagai gambaran berapa banyak seharusnya seorang muslim mengisi perutnya diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kedatangan tamu seorang kafir. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh pembantunya memerah susu seekor kambing untuk tamu, lalu diminum habis oleh tamu tersebut. Kemudian beliau menyuguhkan lagi, dan habis pula diminumnya. Di suguhkannya lagi, ia pun masih tetap meminumnya, sehingga akhirnya dia meminum habis susu perahan tujuh ekor kambing. Beberapa waktu kemudian dia masuk Islam. Rasulullah memerintahkan supaya diperah seekor kambing untuknya. Susu itu diminumnya habis. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh supaya diperah seekor lagi lalu diberikan pula kepadanya, tetapi dia tidak sanggup menghabiskannya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin minum dengan satu usus (perut), dan orang kafir minum dengan tujuh usus (perut)." Kabar ini menjelaskan bahwa seorang muslim mengisi perutnya jauh lebih sedikit dibandingkan oran kafir
Apakah dengan demikian seorang muslim tidak boleh makan hingga kenyang? Dikisahkan pada saat perang khandaq salah seorang sahabat bernama Jabir bin Abdulloh bermaksud mengundang Rosululloh dan beberapa sahabat lain untuk makan di rumahnya. Perang khandaq terjadi di musim dingin dan sulit mendapatkan makanan. Bahkan pada saat itu Rosululloh menahan lapar dengan mengganjal perutnya dengan batu. Di Luar dugaan Rosululloh mengajak seluruh pasukan yang sedang menggali parit sebanyak lebih 1000 orang untuk mendatangi rumah Jabir. Kekhawatiran Jabir karena makanannya sedikit ternyata tidak terbukti. Mukjizat Rosululloh menyebabkan makanan yang sedikit tidak habis dimakan oleh seluruh sahabat. Bahkan makanan masih tersisa seolah-olah makanan belum pernah disentuh. Tidaklah para sahabat keluar dari rumah Jabir kecuali perutnya dalam keadaan kenyang (Hadits Shahih Muslim No. 3843).
Kesimpulannya adalah bahwa makan dan minum hendaknya jangan berlebih-lebihan. Namun tidak mengapa pada saat tertentu untuk makan hingga kentang. Terutama pada saat kondisi kelaparan dimana makanan sulit didapatkan.
Leave a Comment