Manajemen Diare

Incontinence photo created by jcomp - www.freepik.com

Manajemen diare adalah salah satu intervensi utama untuk diagnosis keperawatan diare yang tercantum di dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan. Intervensi ini memiliki no urut 1.03101 (tim SDKI PPNI, 2017). 

Manajemen diare didefinisikan sebagai mengidentifikasi dan mengelolah diare dan dampaknya (tim SDKI PPNI, 2017). Tindakan dari intervensi ini dikategorikan ke dalam empat domain yaitu observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. 

Tindakan identifikasi yang dimaksudkan adalah mengidentifikasi frekuensi dan jumlah pengeluaran diare, mengidentifikasi penyebab diare seperti inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi, ansietas, stress, efek obat-obatan, pemberian botol/susu termasuk mengidentifikasi riwayat makanan sebelum terjadi diare atau memonitor keamanan penyiapan makanan. 

Dampak diare juga perlu dipantau seperti adanya tanda dan gejala hypovolemia misalnya takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tugor kulit menurun, mukosa mulut kering, Waktu pengisian Kembali pembuluh darah kapiler (CRT) melambat, dan penurunan berat badan. Monitor juga area sekitar perianal adanya iritasi atau ulserasi kulit.

Tindakan-tindakan terapeutik dalam manajemen diare meliputi pemberian asupan cairan oral seperti larutan garam gula, oralit, pedialit. Jika perlu, pasang jalur intravena (IV line) dan pemberian infus misalnya cairan ringer laktat atau ringer asetat. Mengambilsampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Dan jika perlu, ambil sampel feses untuk pemeriksaan kultur bakteri.

Edukasi penting diberikan kepada penderita agar memiliki persepsi yang benar tentang penanganan diare. Edukasi ditekankan pada jumlah porsi makan yang kecil namun diberikan sesering mungkin. Hal ini dikarenakan penderita diare juga sering disertai perasaan mual. Tekankan juga untuk menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa. Bagi bayi dianjurkan tetap diberikan ASI.

Tindakan kolaborasi mungkin dibutuhkan untuk menghentikan diare. Pemberian obat-obat anti motilitas atau antispasmodik seperti loperamide, difenosilat, papaverine, belladonna, mebeverine dapat menghnetikan diare dengan cara memperlambat motilitas usus, memperpanjang waktu transit isi usus dengan mengurangi volume tinja, mengurangi kehilangan cairan, elektrolit, meningkatkan viskositas, sebagian besar tinja (Kizior & Hodgson, 2019). Pemberian obat attapulgite khususnya pada anak-anak (Pane, 2020). Obat ini berfungsi sebagai absorber, menyerap cairan, racun, dan bakteria pada saluran gastrointestinal akibatnya membuat feses menjadi lebih padat dan frekuensi defekasi berkurang (Wihardji, n.d.). Diindikasikan pada diare akut dan keracunan makanan. Saat ini kaolin pektin sudah jarang digunakan sebagai anti diare (Ramanda, n.d.).

Referensi

  1. Kizior, R. J., & Hodgson, B. B. (2019). Saunders Nursing Drug Handbook 2013. Elsevier Health Sciences.
  2. Pane, MDC (2020). Attapulgit. https://www.alodokter.com/attapulgite. Diakses pada tanggal 1 Juni 2022.
  3. Ramanda, R. (n.d.). Kaolin Pektin. https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-cerna/obat-untuk-diare/kaolin-pectin. Diakses pada tanggal 1 Juni 2022.
  4. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 (Cetakan III). Penerbit DPP PPNI
  5. Wihardji, T.A. (n.d.). attapulgite. https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-cerna/antispasmodik-dan-antidiare/attapulgite. Diakses pada tanggal 1 Juni 2022.

No comments

Abi. Powered by Blogger.