Gangguan Penyapihan Ventilator

 

Image by Freepik

Ventilasi mekanis adalah perawatan suportif bagi pasien yang mengalami gagal nafas. Pemakaian jangka panjang meningkatkan risiko terjadinya pneumonia, barotrauma, cedera trakea, dan dekondisi muskuloskeletal. Pada saat yang sama, penyapihan yang tidak teapt waktu berhubungan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, rawat inap di rumah sakit, dan risiko pelepasan fasilitas perawatan jangka panjang (Fadila, Rajasurya, & Regunath, 2022).

Istilah "penyapihan" menggambarkan proses bertahap penurunan dukungan ventilator. Diperkirakan bahwa 40% dari durasi ventilasi mekanis digunakan untuk proses penyapihan. Penyapihan yang tertunda dapat menyebabkan komplikasi seperti cedera paru-paru yang diinduksi ventilator (VILI), pneumonia terkait ventilator (VAP), dan disfungsi diafragma yang diinduksi ventilator. Di sisi lain, penyapihan prematur dapat menyebabkan komplikasi seperti hilangnya jalan napas, pertukaran gas yang rusak, aspirasi dan kelelahan otot pernapasan (Zein, Baratloo, Negida, & Safari 2016)Hampir 30% pasien yang dipasang ventilator bermasalah dalam penyapihan (Fadila, Rajasurya, & Regunath, 2022).

Definisi Diagnosis

Gangguan penyapihan ventilator diartikan sebagai ketidakmampuan beradaptasi dengan pengurangan bantuan ventilator mekanik yang dapat menghambat dan memperlama proses penyapihan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). NANDA-I merumuskan diagnosis serupa sebagai Dysfunctional Ventilatory weaning response. 

Etiologi dari diagnosis keperawatan ini menurut tim pokja SDKI terbagi menjadi 3 faktor yaitu faktor fisiologis, psikologis dan situasional. Faktor fisiologis meliputi hipersekresi jalan nafas, ketidakcukupan energi, dan hambatan upaya napas (misal nyeri saat bernafas, kelemahan oto pernafasan, efek sedasi.). Faktor psikologis meliputi kecemasan, perasaan tidak berdaya, kurang terpapar informasi tentang proses penyapihan, dan penurunan motivasi. Adapun faktor situasional mencakup ketidakadekuatan dukungan sosial, ketidaktepatan kecepatan proses penyapihan, riwayat kegagalan berulang dalam upaya penyapihan, dan riwayat ketergantungan ventilator lebih dari 4 hari. 

Tanda dan gejala mayor dari diagnosis meliputi tanda objektif seperti frekuensi napas meningkat, penggunaan otot bantu napas, napas megap-megap (gasping), upaya napas dan bantuan ventilator tidak sinkron, nafas dangkal, agitasi, dan nilai gas darah arteri abnormal.

Sementara untuk tanda dan gejala minor secara subjektif menunjukkan adanya perasaan lelah, kekhawatiran terhadap kerusakan mesin, dan fokus meningkat pada pernafasan. Secara obyektif didapatkan auskultasi suara inspirasi menurun, warna kulit abnormal (mis. pucat, sianosis), nafas paradoks abdominal, diaforesis, ekspresi wajah takut, tekanan darah meningkat, frekuensi nadi meningkat, serta kesadaran menurun.


Referensi

  1. Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing diagnosis handbook: an evidence-based guide to planning care. Elsevier Health Sciences.
  2. Fadila M, Rajasurya V, Regunath H. Ventilator Weaning. [Updated 2022 Nov 2]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430712/
  3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 (Cetakan III). Penerbit DPP PPNI.
  4. Zein H, Baratloo A, Negida A, Safari S. Ventilator Weaning and Spontaneous Breathing Trials; an Educational Review. Emerg (Tehran). 2016 Spring;4(2):65-71. PMID: 27274515; PMCID: PMC4893753.

No comments

Abi. Powered by Blogger.